Jumat, 01 April 2016
Berlangganan

Petunjuk Al-Qur’an Tentang Makhluk Berakal di Luar Planet Bumi



Al-Qur’an adalah mu’jizat paling besar sepanjang masa. Pertamakali dibukukan di jaman Khalifah Abu Bakr, lalu pembukuannya disempurnakan di jaman Khalifah Umar bin Khathab. Sedangkan di jaman Khalifah Utsman mulai ditetapkan bentuk hurufnya dan dipertidak sedikit jadi dikenal istilah Rosam Utsmani. Ilmu tata bahasa al-Qur’an (nahwu dan sharaf) mulai diperkenalkan di jaman khalifah Ali bin Abi Thalib.

Salah satu keistimewaan al-Qur’an adalah memungkinkan penafsirannya yang semakin berkembang dan rutin up to date.Keliru satu contohnya adalah yang tersedia di dalam surat Ar-Ra’du (13) ayat 15.

Dan hanya terhadap Allah-lah sujud (patuh) “Man” yang ada di langit dan di Bumi, baik dengan kemauan sendiri (taat), ataupun terpaksa, begitupula bayang-bayangnya (ikut sujud) di pagi dan petang hari (QS 13:15).

Ayat tersebut membahas adanya “Man” di langit dan di Bumi. Lalu siapakah yang dimaksud “Man” di dalam ayat ini?

1. Di dalam tata bahasa al-Qur’an (arab) “Man” memperlihatkan makhluk yang diberi akal. Sedangkan makhluk berakal yang diciptakan Allah swt ada 4, yaitu:Harta benda aikat, Iblis, Jin, dan Manusia. Oleh karena itu makhluk-makhluk lain semacam binatang, tumbuhan, alias benda mati takBisa disebut “Man” namun disebut “Maa”. Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka “Man” bermakna “Siapa” dan “Maa” bermakna “Apa”.

2.Karakteristik -ciri “Man” yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah:
a) Sujud dengan taat terhadap Allah;
b) Sujud dengan terpaksa terhadap Allah; dan
c) Mempunyai bayang-bayang.

Ayat tersebut berbunyi: Walillahi yasjudu Man fi ssamaawaati wal ardhi, apabila diterjemahkan menjadi: Dan terhadap Allah “Man” di langit dan di Bumi bersujud/beribadah. Itu bunyi paraghraf pertama dari ayat tersebut. Paraghraf ini membahas adanya “Man” di langit dan di Bumi yang bersujud/beribadah terhadap Allah. Lalu dilanjutkan dengan kalimat: Thou’an wa karhan wa dzilaluhum…., apabila diterjemahkan menjadi: Taat, dan terpaksa, dan bayang-bayang mereka…… Paraghraf ini membahas cirri-ciri “Man” yang dimaksud pada paraghraf pertama. Bahwa sujud/ibadahnya si “Man” yang dimaksud di atas adakala taat, kadang terpaksa, dan mereka mempunyai bayang-bayang.

3. Butuh diketahui lagi bahwa kata As-samaawaati pada ayat tersebut berbentuk jamak. Jadi menjadi petunjuk bahwa “Man” yang berada di luar planet Bumi bakal tersebar di tak sedikit planet lain.

3. Apabila menonton ciri-ciri tersebut diatas maka tak mungkin yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut merupakanHarta benda aikat, sebabHarta benda aikat rutin patuh terhadap Allah, tak sempat terpaksa, dan tak mempunyai bayang-bayang.

4. Juga tak mungkin yang maksud “Man” di dalam ayat tersebut merupakan Iblis, sebab Iblis tak sempat taat terhadap Allah dan tak mempunyai bayang-bayang.

5. Dan tak mungkin pula yang dimaksud “Man” di dalam ayat tersebut merupakan Jin. Mesikipun ada Jin yang taat dan terpaksa, namun Jin tak mempunyai bayang-bayang.

6. Maka yang dimaksud dengan “Man” pada ayat tersebut merupakan makhluk semacam manusia. Yaitu mahkluk yang adakala taat, alias terpaksa dan mempunyai bayang-bayang. Oleh sebab itu, ayat tersebut menjadi petunjuk adanya makhluk berakal semacam manusia di luar planet Bumi.

Disamping “Man”, di luar planet Bumi pun Allah swt pun menciptakan “Maa” dari kelompok binatang melata. Sebagaimana firman Allah swt di dalam surat An-Nahl (16) ayat 49.

Dan hanya terhadap Allah-lah sujud “Maa” yang melata yang ada dilangit dan “Maa” yang melata yang ada di Bumi. Dan paraHarta benda aikat, dan mereka tak menyombongkan diri. (QS 16:49).

Ayat tersebut membahas adanya “Maa” dan “Malaikat” di langit dan di Bumi yang rutin sujud terhadap Allah dan tak arogan. Pada ayat ini tak ada istilah terpaksa, sebagai bukti bahwaHarta benda aikat dan “Maa” rutin sujud dengan taat terhadap Allah swt.

Mengakhiri pembahasan mengenai makhluk di luar Bumi maka silahkan simak firman Allah swt di dalam surat Asy-Syura (42) ayat 29.

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, ialah menciptakan langit dan Bumi dan “Maa” yang melata yang Ia sebarkan pada keduanya. DAN IA MAHA KUASA UNTUK MENGUMPULKAN (MEMPERTEMUKAN) SEMUANYA (MAKHLUK LANGIT DAN BUMI) APABILA IA BERKEHENDAK (QS 42:29).

Ayat tersebut menjadi petunjuk adanya kemungkinan pertemuan (interaksi) antara manusia yang ada di langit dengan manusia yang ada di Bumi bahkan kemungkinan saling berjodoh, pastinya apabila Allah swt telah berkehendak. Wallahu a’lam bishowab.


Sumber :kumpulanceritamisteri,com