Rabu, 30 Maret 2016
Berlangganan

Gagal Jadi Cleaning Service, Malah Jadi Orang Kaya



Seorang pemuda tamatan SMA menikahi pekerjaan menjadi cleaning cervices di perusahaan paling kesohor di negaranya. Seusai tes serta wawancara, sang pemuda tadi diberi tahu oleh manager SDM perusahaan tersebut bahwa ia dinyatakan lulus. Manager SDM mengatakan kepadanya : Terkait dengan kapan  Engkau  mulai bekerja serta apa saja yang bakal menjadi keharusan Anda, kelak bakal diinformasikan langsung via email.

Mendengar kata “email” itu, sang pemuda tadi mengatakan dengan santai :  Aku  gak punya komputer serta gak punya email pak… Lalu, sang manager SDM kaget sambil mengatakan : Hari gini  Engkau  gak punya email? Yang gak punya email berarti ia mati serta orang mati tidak berhak bekerja. Kalau begitu,  Engkau  dinyatakan gagal. Mendengar ucapan tersebut pemuda yang tadinya terkesan gesit serta semangat itu, tiba-tiba lemas serta terkesan amat kesal bercampur sedih. Mukanya jadi lesu serta pandangannya jadi ngambang.

Tak lama kemudian, ia pulang sambil menelan kepedihan dalam hati yang tidak terhingga. Pupus telah cita-cita serta cita-citanya untuk bekerja di perusahaan besar itu, hanya gara-gara tidak mempunyai saluran komunikasi maya yang bernama “email”.

Dalam perjalanan pulang menuju rumah, sang pemuda itu berfikir serta merenung dalam-dalam apa kira-kira pekerjaan yang mungkin lagi ia lamar. Bekal nasib terus hari terus menipis serta bahkan uang yang dimilikinya tidak lebih dari 100 ribu rupiah. Ia mulai menimbang serta berkalkulasi. Dalam hatinya mengatakan : Kalau uang tersebut dijadikan anggaran transportasi menikahi pekerjaan serta untuk kebutuhan makanan, paling hanya lumayan untuk tiga hari. Tiga hari itu tentulah tidak lumayan waktu untuk menikahi serta menantikan hasil tesnya. Itupun kalau lulus. Kalau tidak? Yang terjadi merupakan, bekal habis, pekerjaanpun tidak bisa.

Seusai berfikir panjang serta merenung dalam-dalam, terbetik dalam hati kecil sang pemuda itu untuk mengubah haluan pikirannya, yakni dari mencari kerja menjadi pedagang. Trauma ditolak menjadi kariawan hanya gara-gara tidak punya email, membikin pemuda tersebut terus kuat dorongannya untuk mencoba berdagang. Bukan hanya banting ster pemikiran, arah jalanpun ia putar dari menuju rumah menjadi menuju pasar.

Seusai keputusan itu diambilnya dengan mantap, ia turun dari kendraanAwam yang mengarah ke tempat tinggalnya serta naik kendraanAwam lain yang menuju pasar sayur-sayuran serta buah-buahan. Sesampaianya di pasar yang termasuk paling crowded serta becek itu, ia berfikir lagi apa gerangan yang paling pas ia dagangkan dengan modal 75 ribu rupiah jadi sisanya yang 25 ribu rupiah lagi bisa ia pakai serta kegunaaankan untuk transportasi serta anggaran makan paling tidak untuk satu hari.

Sebelum memutuskan membeli barang dagangannya, ia berkeliling ke semua pojok serta kios perdagan buah-buahan serta sayur-sayuran yang ada di pasar itu.Nir  tidak lebih dua jam lamanya ia berkeliling ke sana serta kemari. Dalam hatinya muncul pertanyaan: pasar sebesar ini, masak brang-barangnya tidak terlalu tidak sedikit jadi susah meperbuat opsi. Apalagi sayur-sayuran yang ada terkesan tidak terlalu segar.

Menonton kondisi semacam itu ia memberanikan diri bertanya pada seorang pedagang yang sedang duduk-duduk sambil menikmati secangkir kopi di kiosnya : Pak? Mau tanya, ujar anak muda itu. Kalau mau cari buah-buahan atau sayur-sayuran yang segar di sebelah mana ya? Bapak berusia setengah baya itu dengan gembira menjawabnya : Begini dek.. sekarangkan telah sore.

Buah-buahan serta sayur-sayuran yang segar telah habis sejak tadi siang. Kalau adik mau yang segar serta baru, kelak malam kurang lebih jam 23.00 datang lagi. Para pedgang besar serta supplier biasanya datang mengangkat barang dagangannya ke sini jam segitu. Kelak kamu bisa pilih sepuasnya…

Mendengar keterangan si bapak pemilik kios itu, anak muda itu menghadapi persoalan pelik baru, yakni antara menantikan atau pulang dulu ke rumah, kelak jam 23.00 malam baru datang lagi. Menantikan bukanlah pekerjaan yang mudah. Pulang juga bukan opsi yang baik, sebab bakal memakan ongkos yang lumayan lumayan serta telah tentu mengurangi modal yang ada. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk menantikan hingga jam 23.00 di mana suasana pasar bakal berubah 180 derajat dari suasana yang dilihatnya saat itu.

Sambil menantikan waktu perdagangan malam tiba, ia menemukan ide yang lumayan keren, yakni diskusi dengan si bapak pemilik kios tadi seputar faktor ihwal perdagangan sayur serta buah-buahan. Tujuannya tidak lain, kursus kilat berdagang sayur-sayuran atau buah-buahan. Pemilik kios tersebut dengan ramah serta bahagia hati menerima tawaran anak muda itu.

Diskusipun berlangsung serius serta terkadang seram, terutama saat bapak itu bercerita kondisi susah waktu menghadapi beberapa kali usahanya gulung tikar sehinga ia serta keluarganya jatuh miskin. Tetapi, kata bapak itu, adik jangan takut sebab bersama kesusahan, tentu ada kemudahan. Itu janji Allah, kata bapak tadi, serta bapak merasakannya berkali-kali dalam kenasiban ini. Kesusahan artinya mengajak kemudahan, lanjut bapak tadi. Diskusipun terjadi selagi kurang lebih enam jam, hanya disela shalat magrib serta isya.

 Kinijarum jam telah menunjukkan angka 23.00. Para pedagang besar muali berdatangan dengan truk-truk yang penuh sesak buah-buahan serta sayur sayuran. Para kuli bongkarpun dengan cekatan serta penuh semangat mengeluarkan barang-barang dari dalam truk-truk besar itu.Tidak hingga dua jam, pasar yang tadinya kosong menjadi tumpukan buah-buahan serta sayur-sayuran segar. Mendadak saja pasar menjadi sangat ramai oleh keberadaan para pedagang yang datang dari beberapa penjuru kota untuk membeli kebutuhan dagangan mereka serta dipasarkan kembali esok harinya di warung mereka atau disuplai ke pelanggan-pelanggan mereka.

Tak dirasa anak muda itupun larut dengan suasa yang sangat nasib itu. Rasa capek serta ngantukpun hilang. Ia mulai menonton ke sana ke mari sambil memutuskan tipe barang dagangan apa yang bakal ia beli. Tiba-tiba matanya tertuju terhadap tumpukan tomat segar serta matang, bening serta berwarna kemerah-merahan yang menumpuk di dalam satu kios yang terletak di blok yang tidak sama dengan kios seorang bapak yang menjadi trainer serta kawan diskusinya saat menungu waktu perdagangan tiba. Akhirnya anak muda itu memutuskan membeli satu boks tomat matang serta segar itu. Ajaibnya, seusai ia tanya terhadap sipedagang, harganya pas sejumlah uang yang telah disiapkannya, yakni 75 ribu rupiah. Satu boks itu berisi 25 kg tomat segar serta bernilai baik.

Akhirnya anak muda itu membeli satu boks tomat matang segar seharga 75 ribu rupiah. Iap segera pulang sambil mencari omprengan menuju rumahnya. Ia hingga ke rumah pas waktu azan subuh berkumandang. Rasa ngantuk ia lawan sekuat tenaganya. Seusai mandi serta berwudhuk, ia putuskan untk tidak meninggalkanNorma nya shalat subuh berjamaah di masjid dekat rumahnya, kendati belum tidur sama sekali. Seusai shalat jamaah berakhir, semacam biasa, ia membaca dzikir yang disunnahkan Rasul Saw. Seusai itu ia larut dalam doa’. Di antaranya :

Yaa Allah! Engkau Maha Tahu serta hamba tidak tahu sama sekali mana yang lebih baik buat dunia hamba, agama serta akhirat hamba. Apabila berdagang ini lebih baik bagi hamba, agama serta akhirat hamba, maka mudahkanlah serta mohon diberkahi, yaa Arhamarrahimiin…

Saat pulang dari masjid menuju rumah, kalkulasi serta feeling bisnisnya mulai tumbuh. Dalam hatinya mengatakan : 75 ribu rupiah, dibagi 25 kg sama dengan 3 ribu rupaih perkilogramnya. Supaya aku tahu harganya di tingkat eceran, aku  wajib memeriksa berapa harga tomat di warung dekat rumahku. Seusai ditanya, pemilik warung itu membahas harganya 6 ribu rupiah perkilogramnya. Mendengar jawaban si pemilik warung itu, ia mengatakan dalam hatinya : Kalau satu boks tomat yang aku beli tadi malam habis terjual semuanya kali ini, wah… aku bisa bisa keuntungan 100 % dong? Dibeli 3 ribu rupiah serta dipasarkan 6 ribu rupiah perkilonya. Kalau saja aku berjualan 6 hari sepekan berarti sebulan 24 hari. Kalau sehari aku bisa keuntungan 75 ribu rupiah, berarti dalam sebulan aku bisa bisa keuntungan satu juta delapan ratus ribu rupiah. Artinya, dalam sebulan aku mendapat keuntungan 2.400 %. Subhanallah…

Begitulah hitung-hitungan bisnis mulai tumbuh serta berkembang dalam benak anak muda itu. Supaya tidak buang-buang waktu, ia segera mengambil sepeda bututnya untuk dijadikan kendraan kelilingnya di daerah tempat tinggalnya sambil mengangkat satu boks tomat segar dagangannya.

Dengan mengucap basmalah serta penuh tawakkal pada Allah, ia mendayungkan sepedanya sambil berteriak : Tomat segaaarr… ibu-ibu tidak butuh jauh-jauh ke warung membelinya… nilai barangnya terjamin…. Harganya bersaing…. Hampir setiap ibu-ibu mendengar suara aneh itu membuka pintunya serta membeli tomatnya, ada yang seperempat kilo, ada yang setengah kilo serta bahkan ada yang dua kilo.

Di antara para pembeli tomatnya ada seorang bunda yang kaget terheran-heran sambil mengatakan : Eh? Kamukan anak si Fulan? Bukannya kamu lulus menjadi kariawan perusahaan ternama itu? Kok kini malah menjadi pedagang tomat asongan? Kasiaan deh kamu? Anak muda itu tidak menjawab pertanyaan bunda itu. Ia hanya tersenyum saja. Dalam hatinya mengatakan, yang penting aku bisa uang, dari kerja kek, dari dagang keliling kek, yang penting halal serta lumayan buat kebutuhan nasibku serta orang tuaku..

Tak terasa anak muda itu sukses menjual semua barang dagangannya hanya dalam tempo tiga jam saja. Hatinya gembira tidak terkira. Artinya, kurang lebih jam 09.00 pagi dagangannya telah habis terjual serta ia mendapat keuntungan 75 ribu rupiah, artinya untungnya seratus persen. Semangat bisnisnya terus meningkat. Tawakkalnya pada Allah terus besar.

Begitulah kegiatan anak muda itu setiap hari, setiap pekan serta setiap bulan. Uangnya tidak terasa terus tidak sedikit. Bahkan usahanya telah merambah ke beberapa tipe buah-buahan serta sayur-sayuran. Hanya dalam tiga tahun, ia telah bisa membeli tiga mobil niaga yang dipakai mengirim dagangannya ke beberapa warung serta super market sebab ia telah menjadi supplier handal.

Bersamaan dengan pertumbuhan bisnisnya, tawakkalanya pada Allah terus tebal. Keyakinannya pada Rasul Saw. terus besar, sambil mengatakan dalam hatinya :
Sungguh benar Engkau wahai Rasulullah tercinta, bahwa pintu rezki yang lapang itu ada pada perdagangan, bukan pada kerja serta jadi kariawan.

Sambil meneteskan air mata syukur, ia mengatakan :

Yaa Robb… sekiranya aku dulu punya “email”, aku diterima jadi clearning cervices di perusahaan besar itu. Paling gajiku standar UMR, atau satu koma dua juta. Itupun seusai beberpa tahun bekerja.

Sekarang, omset bisnisku sehari hampir 10 kali lipat gajiku sebulan… Yaa Allah…Ini merupakan cobaan paling besar dalam nasibku apakah aku jadi hamba-Mu yang bersyukur atau kufur. Sebab itu, jadikanlah aku hamba-Mu yang bersyukur serta masukkanlah aku ke dalam hamba-hamba-Mu yang saleh.. Aamiiina yaa Robbal ‘alamin…


sumber :eramuslim ,com