Senin, 28 Maret 2016
Berlangganan

#Harus Baca# Nenek Penjaga Wahyu Alquran


Tahukah Anda, Alquran diturunkan dengan 7 macam tutorial baca? Alias dikenal dengan Qiraat Sab’ah (qiraat tujuh). Disebut Qiraat Tujuh sebab ada tujuh Imam Qiraat yang populer. Masing-masing mempunyai langgam wacana tersendiri. Tiap Imam Qiraat mempunyai dua orang murid yang bertindak sebagai perawi (periwayat). Tiap perawi tersebut juga mempunyai perbedaan dalam tutorial membaca Alquran jadi ada empat belas tutorial membaca Alquran yang masyhur. Apa yang kami baca serta populer di masyarakat kami merupakan wacana riwayat Hafs dari Ashim.

Menghafalkan Alquran –dengan satu riwayat saja- bukanlah perkara mudah.Nir  tidak sedikit orang yang mempunyai aspirasi serta sanggup konsisten menjaga semangat hingga sukses menghafalkan Alquran sempurna 30 juz. Menghafalkan Kitabullah ini perlu ketekunan. KamiBisa lihat mereka yang mengawali menghafal Alquran. Pertama-tama menghafal berbagai ayat kemudian terkumpul menjadi satu surat. Ayat serta surat yang sudah dihafal semakin diulang-ulang sambil meningkatkan hafalan yang baru. Keadaan tersebut semakin berulang hingga berbagai bulan alias tahun ke depan. Wajar kalau penghafal Alquran begitu dihargai.

Itu baru proses menghafalkan satu riwayat, bagaimana kalau lebih dari satu riwayat?Niscaya  lebih susah lagi.

Ada seorang wanita, namanya Ummu as-Saad binti Muhammad Ali Najm. Ia merupakan seorang ulama wanita penghafal 10 riwayat wacana Alquran. Seorang wanita di zaman modern ini yang sangat populer di bidang qiraat.

Masa Kecilnya

Ummu Saad dilahirkan pada 11 Juli 1925 di Desa Bandariyah, suatu  desa yang terletak di utara Kota Kairo, Mesir. Ia kehilangan penglihatannya di usia muda. Keluarganya berusaha mengobati matanya dengan pengobatan tradisional yang dikenal di daerah tersebut. Tetapi sayang, upaya mereka malah membikin Ummu Saad buta total.Kebiasaan masyarakat pedesaan di sana, jika ada seorang anak yang buta, maka mereka mengkhidmatkan sang anak dengan cara total untuk Alquran.Niscaya  iniNorma  yang baik, anak yang berketidak lebihan tak diciutkan mentalnya dengan mengemis di jalanan alias hal-hal kurang baik lainnya. Ia dibesarkan serta dihibur hatinya dengan Alquran yang menyejukkan hati. Alquran yang mulia bakal mewarisi kemuliaan untuk mereka. Umur 15 tahun, Ummu Saad sukses mengkhatamkan hafalannya. Selanjutnya, Ummu Saad tinggal di Kota Iskandariyah, Mesir.

Berkhidmat Untuk Alquran

Seusai menghafalkan Alquran, Ummu Saad terus giat meningkatkan khazanah pengetahuannya mengenai kitabullah. Ia mendatangi seorang ulama wanita, Nafisah binti Abu Ala –ulama Alquran di zamannya- untuk belajar Qiraah 10. Syaikhah Nafisah mensyaratkan sebuahfaktor yang berat bagi siapa yang ingin mendalami Qiraah 10. Syaratnya merupakan mereka tak boleh menikah selama-lamanya. Menurutnya, dengan menikah, para wanita bakal tersibukkan dengan rumah tangga, sampai mereka luput dari 10 riwayat hafalan Alquran yang mereka tekuni.Niscaya  ini merupakan syarat yang tak dibenarkan syariat serta tak boleh dipenuhi.

Nafisah sendiri teguh dengan pendiriannya. Dirinya tak menikah, mesikupun tak sedikit tokoh yang hendak menikahinya. Ia menyandang status gadis sampai wafat di usia 80 tahun. Syarat berat dari Syaikhah Nafisah diterima oleh Ummu Saad. Ia siap mengabdikan nasibnya untuk menjaga 10 riwayat Alquran tersebut.

Di usia 23 tahun, Ummu Saad sudah sukses menghafalkan 10 riwayat wacana Alquran. Sebagai bukti kokohnya hafalannya, Syaikhah Nafisah pun memberbagi ijazah kesaksian kepadanya.

Ummu Saad berkata, “Selama 60 tahun; menghafal, membaca, mengulang-ulang hafalan Alquran, membikinku tak lupa sedikit pun tahap Alquran. Aku ingat setiap ayat. Tahu surat serta juz dari ayat tersebut. Tahu detil ayat-ayat yang mirip (atau serupa) dengan ayat lainnya. Serta aku tahu bagaimana membaca dengan setiap riwayat wacana (langgam)ayat tersebut (dalam setiap qiraat). Aku merasakan alangkah aku menghafalkan Alquran sebagaimana aku menghafal namaku sendiri. Aku tak membayang-bayangkan sebab lupa, satu huruf pun aku tak lupa serta keliru pengucapannya. Aku tak mengenal ilmu lain tidak hanya Alquran serta qiraatnya. Aku tak sempat menghafal, belajar, alias bahkan mendengar pelajaran tidak hanya Alquran al-Karim, matan ilmu qiraat, serta tajwid.Nir  hanya itu, aku tak mengenal bidang ilmu lainnya.”

Dari sini kamiBisa mengenal alangkah murninya wacana Alquran Ummu Saad sebab pikirannya tak terpengaruh dengan ilmu-ilmu lainnya.

Ummu Saad Menikah

Ummu Saad menikah dengan seorang murid terdekatnya, Syaikh Muhammad Farid Nu’man, seorang qori terkemuka di Iskandariyah. Ummu Saad mengtakan, “Aku takBisa memenuhi janjiku yang sudah kuucapkan terhadap guruku -Syaikhah Nafisah- untuk tak menikah. Muhammad Farid, biasa menyetorkan hafalannya padaku dengan beberapa qiraat. Aku pun berminat padanya. Sama semacamku, ia juga mengalami kebutaan serta mengahfal Alquran sejak kecil. Aku mengajarinya selagi 5 tahun lamanya. Seusai ia menyelesaikan belajar 10 qiraat serta memperoleh riwayat dariku, ia pun menikahiku. Serta aku menerimanya.”

Keduanya sudah mengarungi bahtera rumah tangga selagi 40 tahun, tetapi belum juga dikaruniai buah hati. Ummu Saad senantiasa berprasangka baik terhadap Allah serta mengambil hikmah dari apa yang ia alami. Di tengah ketidak lebihan tersebut, ia berucap, “Alhamdulillah.. Aku merasa bahwa Allah memilihku untuk rutin berada dalam kebaikan. Mungkin, sekiranya aku hamil aku bakal sibuk dengan anak-anak serta terluput dari Alquran. Lalu hafalanku hilang”.

Jalur Periwayatannya

Seseorang patut berbangga ketika ia mendalami Alquran, kemudian bacaannya sudah diakui kefasihannya oleh gurunya yang memegang riwayat qiraat. Jadi kefasihannya mendapat kesaksian sebagaimana (mirip) wacana ketika Alquran diturunkan terhadap Nabi SAW dari Allah SWT.

Berikut silsilah riwayat wacana Alquran Ummu Saad: qiraat 10 Ummu Saad dari asy-Syathibiyyah serta ad-Durrah: Syaikhah Nafisah binti Abu al-Ala dari Abdul Aziz Ali Kahil dari Abdullah ad-Dasuqi dari Syaikh Ali al-Hadadi –Syaikhul Qurra di negeri Mesir- dari Syaikh Ibrahim al-Ubaidi dari Syaikh al-Jami’ al-Azhar, Muhammad bin Hasan as-Samnudi dari Ali ar-Rumaili dari Syaikh Muhammad bin Qasim al-Baqri dari Syaikh Abdurrahman bin Syuhadzah al-Yamani dari Ali bin Ghanim al-Maqdisi dari Muhmmad bin Ibrahim as-Samdisi dari asy-Syihab Ahmad bin Asad al-Amyuthi dari Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin al-Jazari asy-Syafi’i dari Abdurrahman bin Ahmad al-Baghdadi dari Muhammad bin Ahmad ash-Sha-igh dari Ali bin Syuja’ul Kamal adh-Dharari (Imam asy-Syathibi) dari Imam Abi al-Qasim dari Imam Ali bin Muhammad bin Hudzail al-Balansi dari Abi Dawu Sulaiman bin Najah dari Imam Abi Amr ad-Dani dari Thahir bin Ghalbun dari Ali bin Muhammad al-Hasyimi dari Ahmad bin Shal al-Asynani dari Abi Muhammad Ubaid bin ash-Shabah dari Hafsh bin Sulaiman dari Ashim bin Bahdalah bin Abi an-Najud dari Abi Abdurrahman Abdullah bin Hubaib as-Silmi dari Utsman serta Ali serta Abdullah bin Mas’ud serta Ubay bin Ka’ab serta Zaid bin Tsabit dari Rasulullah SAW yang menerima wahyu dari perantaraHarta benda aikat Jibril dari Allah.

Itulah rantai periwayat Ummu Saad bersambung sampai Rasulullah SAW.

Murid-muridnya

Tidak sedikit pelajar Alquran yang mengambil riwayat darinya. Baik tua maupun muda, laki-laki alias perempuan, kalangan insinyur yang mendalami Alquran, demikian juga dokter-dokter, para guru, dosen-dosen, mahasiswa, dll.

Setiap murid, ia berbagi waktu serta perhatian khusus. Masing-masing mempunyai waktu tak lebih dari 1 jam setiap harinya. Mereka membaca, kemudian dikoreksi oleh Ummu Saad nilai wacana surat yang sudah mereka hafalkan. Ia perbaiki kesalahan-kesalahan muridnya juz per juz sampai berakhir 30 juz atas bimbingannya. Koreksi wacana alias tahsin al-qiraah diperbuat per qiraat. Sedetil itulah ia mengajar murid-muridnya.

Setiap berakhir satu qiraat, ia berbagi ijazah tertulis sebagai kesaksian atas nilai wacana sang murid. Ijazah tersebut juga sebagai bukti bahwa sang murid sudah membaca Alquran di hadapannya dengan sempurna, benar, dengan detil tajwid yang cocok. Masya Allah… alangkah waktunya ia dermakan untuk Alquran serta menjaga kalam ilahi.

Di antara murid-murid tersebut ada yang hanya mengambil satu qiraat. Sedikit di antara mereka yang mengambil 10 qiraat.

Murid-muridnya yang populer merupakan dr. Ahmad Nu’aini’, Syaikh Miftah as-Sulthani, serta pengajar-pengajar Ma’had al-Qiraat di Iskandariyah.

Perjalanan Ke Hijaz

Salah seorang murid Ummu Saad menghadiahinya tiket perjalan ke tanah haram untuk menunaikan haji serta umrah. Sang murid juga menjamunya di sana. Dalam peluang itu pula, Ummu Saad memberbagi sanad wacana terhadap puluhan penghafal Alquran dari beberapa negara. Semacam Arab Saudi, Pakistan, Sudan, Palestina, Libanon, Chad, serta Afganistan. Ijazah termuda diberbagi terhadap salah seorang penghafal Alquran dari Arab Saudi yang baru berumur 10 tahun.

Wafatnya Sang Penjaga Alquran

Ummu Saad wafat di waktu fajar, tanggal 16 Ramadhan 1427 H bercocokan dengan 9 Oktober 2006 M. Allah  menganugerahkannya usia lumayan panjang, 81 tahun. Jenazahnya dishalatkan di wilayah Bahri, Iskandariyah, Mesir.

Semoga Allah  merahmati Ummu Saad, membalas segala usaha kebaikannya serta kesungguhannya dalam menjaga Alquran al-Karim. Sedari kecil, ia meng-akrabi Alquran. Menekuni cabang-cabang kelimuannya. Puluhan tahun berlalu dari usianya, di usia senja, ia masih bersemangat mencurahkan tenaga serta pikirannya untuk Alquran.

Penutup

Semoga kisah perjuangan Ummu Saad dalam menghafal, menjaga, serta mengajarkan Alquran sanggup memberbagi inspirasi terhadap kami untuk menghafalkan Alquran, mendalami hukum-hukumnya, mengamalkan serta mendakwahkannya.

Murid-murid Ummu Saad dengan beragam profesi mereka mengajarkan terhadap kita, bahwa Alquran punBisa dihafalkan oleh mereka yang sibuk.


Sumber :Kisah muslim ,com