Senin, 28 Maret 2016
Berlangganan

Inilah 6 Langkah Yang di Lakukan Setan Untuk Menyesatkan Umat Manusia

Baitsalmaqdis

1. Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, dan memusuhi Allah dan Rasul-Nya

Inilah langkah pertama yang ditempuh oleh setan, barulah ketika itu ia beristirahat dari rasa capeknya. Setan bakal semakin menggoda manusia supayaBisa terjerumus dalam dosa pertama ini. Apabila sudah sukses, pasukan dan bala tentara iblis bakal diangkat posisinya menjadi pengganti iblis.

2. Langkah kedua: Diajak pada lakukanan bid’ah Apabila langkah pertama tak sukses, manusia diajak pada lakukanan bid’ah. Lakukanan ini lebih disukai oleh iblis daripada dosa besar alias pun maksiat lainnya. Sebab bahaya bid’ah itu:
(1) membahayakan agama seseorang,
(2) membahayakan orang lain, sehingga ikut-ikutan berbuat sesuatu yang tak ada tuntunan,
(3) orang yang berbuat bid’ah bakal susah sadar untuk taubat sebab ia merasa amalannya rutin benar,
(4) bid’ah itu menyelisihi aliran Rasul serta rutin mengundang untuk menyelisihi aliran beliau.
Setan yang menggoda seperti ini pun juga bakal diangkat sebagai pesuruh iblis apabila sudah sukses menyesatkan manusia dalam faktor ini.

3.Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair)
Kalau langkah kedua tak sukses, setan bakal mengundang manusia untuk melakukan dosa besar, lebih-lebih apabila ia merupakan seorang alim (berilmu) serta diikuti orang tak sedikit. Setan lebih semangat lagi menyesatkan alim seperti itu agar membikin manusia menjauh darinya, maksiat seperti itu pun bakal gampang tersebar, serta bakal dirasa pula bahwa maksiat itu malah mendekatkan diri pada Allah.
Yang sukses menyesatkan manusia dalam faktor ini, dialah yang kelak bakal menjadi pengganti iblis.

4. Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghairJika setan gagal menjerumuskan dalam dosa besar, setan akan mengajak pada dosa kecil. Dosa kecil ini juga berbahaya.

إياكم ومحقرات الذنوب كقوم نزلوا في بطن واد فجاء ذا بعود وجاء ذا بعود حتى انضجوا خبزتهم وإن محقرات الذنوب متى يؤخذ بها صاحبها تهلكه
Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5: 331, no. 22860. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Maksud hadits, jika dosa kecil terus menumpuk dan tidak terhapus, maka itu akan membinasakan. Di sini tidak disebutkan dosa besar karena jarang terjadi di masa silam dan dosa besar memang benar-benar dijaga agar tidak terjerumus di dalamnya. Demikian dijelaskan oleh Al-Munawi.
Imam Al-Ghazali menyebutkan, dosa kecil lama-lama bisa menjadi besar karena: (1) menganggap remeh dosa kecil tersebut, (2) terus menerus dalam berbuat dosa. Karena ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar (berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Dinukil dari Faidh Al-Qadir, 3: 127)

Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya)

Namun karena sibuk dengan yang mubah mengakibatkan luput dari pahala. Jika setan tidak mampu menggoda dalam tingkatan kelima ini, maka seorang hamba akan benar-benar tamak pada waktunya. Ia akan tahu bagaimanakah berharganya waktu. Ia pun tahu ada nikmat dan ada akibat jelek jika tidak menjaganya dengan baik.
Jika tidak mampu dalam langkah kelima, maka setan beralih pada langkah yang keenam.

Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdhal, padahal ada amalan yang lebih afdhal

Setan akan menggoda manusia supaya ia luput dari pahala amalan yang lebih utama dan ia terus tersibukkan dengan yang kurang afdhal.
Mengenal enam langkah ini seharusnya membuat kita bisa melakukan prioritas dalam bneramal dan mencari manakah yang paling diridhai oleh Allah.
Pembahasan di atas kami sarikan dari Badai’ul Fawaid (3: 381 – 385) karya Ibnul Qayyimrahimahullah. Moga bermanfaat.

Sumber: Akhwatindonesia,net