Minggu, 27 Maret 2016
Berlangganan

Subhanallah, Allah Menyebut Nama Sahabat Ini di Hadapan Malaikat

Ubay bin Ka’ab adalah seorang yang berbadan putih, berjenggot putih, memiliki pandangan yang jernih, berhati bersih, dan berpegang teguh pada mushaf putih.
“Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki.” (An-Nuur: 35).
Lantas, kenapa jenggotnya berwarna putih, berpandangan jernih, dan berbadan putih?
Dikatakan bahwa Ubay bin Ka’ab terkena demam selama tiga puluh tahun. Dahulu dia berkata, “Wahai, Rasulullah. Apakah siksa terhadap kami dapat diringankan karena musibah yang menimpa kami?”
Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya. Wahai, Abul Mundzir. Tidaklah engkau menderita suatu penyakit, kegundahan, atau kesedihan, kecuali akan menjadi kifarat (penghapus dosa) atau Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu dengannya.”
Lalu Ubay bin Ka’ab pun pulang ke rumahnya dan meminta kepada Allah agar menimpakan demam kepadanya yang tidak menghalanginya dari mengerjakan shalat, berjihad, dan berperang. Lalu dia pun menderita demam sehingga orang-orang berkata, “Jika seseorang mendekatinya, pasti dia akan merasakan hawa panas. Semoga Allah ridha terhadapnya, wahai penghulu para qari.”
Adz-Dzahabi berkata dalam As-Siyar, “Demam itu memberinya kekuatan. Oleh karenanya, tidak ada orang yang merasa cocok dengan Umar, kecuali Ubay. Seluruh shahabat menghindar dari Umar, kecuali Ubay.”
Semasa hidupnya, Ubay bin Ka’ab melewati beberapa peristiwa.Pertama, Jibril datang membawa surat Al-Bayyinah dari Allah SWT:
“Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. (Al-Bayyinah: 1).
Jibril berkata, “Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk membacakan surah ini kepada Ubay.”
Lalu Nabi pergi dan mengetuk pintu Ubay. Kemudian Ubay pun membuka pintu, “Wahai, Rasulullah. Ahlan wa sahlan. Betapa bahagianya aku hari ini dengan kedatangan engkau.”
Nabi berkata, “Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membacakan surat Al-Bayyinah kepadamu.”
Ubay berkata, “Dan Dia menyebutku di hadapan para malaikat-Nya?”
Nabi menjawab, “Iya, Dia menyebut namamu.”
Seketika itu Ubay pun menangis, lalu Rasulullah SAW duduk sambil membacakan surah Al-Bayyinah hingga selesai.” (HR Muttafaqun ‘alaih)
Oleh karenanya, para ahli hadits memberikan pertanyaan dalam bentuk gurauan, “Siapakah syaikh Rasul dalam masalah qiraah?”
Mereka menjawab, “Dia adalah Ubay bin Ka’ab.”
Semoga Allah memberimu keselamatan, wahai Ubay; meninggikan kedudukanmu; dan Dia memuliakanmu, wahai penghulu para qari!
Kedua, suatu ketika Rasulullah SAW melewatkan satu ayat dalam shalat, namun tidak ada seorang pun yang berani mengingatkan beliau. Seusai salam, salah seorang shahabat berkata kepadanya,“Wahai, Rasulullah. Engkau telah melewatkan satu ayat dalam shalat, apakah engkau lupa ataukah ayat itu sudah dimansukh?”
Kemudian Rasulullah SAW meninggalkan mereka, lalu berkata,“Wahai, Abul Mundzir. Apakah benar apa yang dikatakan semua orang?”
Ubay berkata, “Benar (berikanlah busur kepada penciptanya!)”
Oleh karenanya, Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling pandai dalam qiraah di antara kalian ialah Ubay.”
Ketiga, suatu hari Rasulullah SAW datang dan bertanya, “Wahai, Abul Mundzir. Ayat apakah yang paling agung di dalam Kitabullah?”
Ubay menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Nabi mengulangi, “Ayat apakah yang paling agung di dalam Kitabullah?
Ubay menjawab:
 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).”(Al-Baqarah: 255)
Lantas, Rasulullah SAW mengepalkan telapak tangannya dan memukulkannya ke dada Ubay dan bersabda, “Semoga ilmu dimudahkan bagimu, wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim)
Semoga kecerdasan diberikan kepada Ubay bin Ka’ab di dalamKitabullah. Dialah penghulu para qari dan kita semua sangat mencintainya, sampai-sampai ada seorang lelaki yang datang dari Irak berkata, “Aku datang ke Madinah dan mendapati Umar sedang duduk di dalam masjid di antara sekumpulan shahabat. Di dekatnya terdapat seorang syaikh berjenggot putih, putih kepalanya, memakai baju putih, dan berbadan putih. Apabila Umar berbicara, beliau selalu menoleh kepadanya seperti seorang yang takut.”
Lelaki itu bertanya, “Siapakah dia, wahai Amirul Mukminin?
Umar berkata, “Kamu tidak mengenalnya?”
Dia menjawab, “Iya.”
Umar berkata, “Dia adalah Sayyidul Muslimin, Ubay bin Ka’ab, Abul Mundzir. Semoga Allah meninggikan derajatnya dan mempertemukan kita dengannya di tempat yang disenangi di sisi Rabb Yang Berkuasa.”

Sumber :kiblat ,com